Selasa, 26 September 2017

Filled Under:

Konversi Agama

Konversi Agama

             A.    Pengertian Konversi Agama
Pengertian Konversi Agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain conversio yang berarti : tobat, pindah, dan berubah ( agama). Selanjutnya, kata tersebut di pakai dalam kata inggris Conversion yang mengandung pengertian : berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain ( Change from one state, or from one religion, to another ).
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian : bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).[1]
Pengertian konversi Agama menurut terminologi, menurut pengertian ini akan dikemukakan beberapa pendapat tenteng pengertian konversi agama antara lain :
a.    Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekolompok orang masuk atau berpindah dari suatu sistem kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b.   William James mengatakan, konversi agama adalah dengan kata-kata : to be converted, to be regenerated, to receive grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many pharases whichdenotes  to the process, gradual or sudden, by which a self hither devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities.
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu, konversi agama yang di maksudkan uraian diatas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri :
1.      Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2.      Perubahan yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
3.      Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4.      Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, perubahan itupun di sebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[2]

           B.     Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi. William James dalam bukunya “The Varieties of religious  Experience” dan Max Heireich dalam bukunya  “Change of Heart” banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut.
Dalam buku tersebut diuraikannya pendapat dari para ahli yang terlibat dalam disiplin ilmu masing-masing mereka mengemukakan pendapat bahwa konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
Para ahli Sosiologi berpendapat bahwa penyebab terjadinya konversi agama adalah pengaruh social. Pengaruh social yang mendorong terjadinya konversi terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain[3] :
1.      Pengaruh hubungan antara pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama ( kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan yang lain ).
2.      Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika di lakukan secara rutin hingga terbiasa, misalnya : menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan, baik pada lembaga formal, ataupun non formal.
3.      Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat misalnya : karib, keluarga, family, dan sebagainya.
4.      Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin keagamaan merupakan salah satu faktor pendorong konversi agama.
5.      Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi. Perkumpulan yang dimaksud  seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
6.      Pengaruh kekuasaan pemimpin. Yang di maksud disini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang di anut oleh kepala Negara atau raja mereka.
Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis besar dapat di bagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang mendorong secara persuasif dan pengaruh yang bersifat koersif.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila memengaruhi seseorang atau kelompok menimbulkan semacam gejala tekanan batin, sehingga akan mendorong untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa demikian, secara psikologis, kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tentram.
William James yang berhasil meneliti pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai berikut :
a.       Konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
b.      Konversi agama dapat terjadi karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).

Senada dengan itu, sumber bacaan lain mengklasifikasikan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya konversi agama, baik yang bersifat intern maupun ekstern sebagai berikut[4] :
a.       Faktor intern, yang ikut memengaruhi terjadinya konversi agama adalah :
1.      Kepribadian
Secara psikologis, tipe kepribadian tertentu akan memengaruhi kehidupan jiwa seseorag. W. James dalam penelitiannya menemukan bahwa tipe melankolis yang memilki kerentanan perasaan yang lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
2.      Faktor pembawaan
Berkenaan dengan faktor pembawaan ini, penelitian Guy E. Swanson mengungkapkan bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran yang memengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang di lahirkan pada urutun antara keduanya sering mengalami stress jiwa. Kondisi yang di bawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak memengaruhi terjadinya konversi agama.
b.      Faktor Ekstern (faktor luar diri)
Diantara faktor luar yang memengaruhi terjadinya konversi agama adalah :
1.      Faktor keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat, dan lainnya. Kondisi demikian ,menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
2.      Lingkungan tempat tinggal
Orang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang.
3.      Perubahan Status
Perubahan status, terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak memengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, menikah dengan orang yang berlainan agama, dan sebagainya.
4.      Kemiskinan
Kondisi social ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong dan memengaruhi terjadinya konversi agama. Masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang dan panganpun dapat memengaruhi.
c.       Para ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama di pengaruhi oleh kondisi pendidikan.
           C.     Proses Konversi Agama
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat di umpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama di bongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dan bangunan sebelumnya.
Demikian pula seseorang atau sekelompok yang mengalami proses konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang di anutnya (agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan pula lama ditinggalkan sama sekali. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama, seperti harapan, rasa bahagia, keselamatan, kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru, berupa perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah yang di timbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurnya. Umumnya apabila gejala tersebut sudah di alami oleh seseorang atau kelompok maka dirinya menjadi lemah dan pasrah ataupun timbul semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri dari pertentangan batin itu. Ketenagan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan hidup yang di pilih tersebut merupakan petaruh bagi masa depannya sehingga ia merupakan pengangan baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka ia bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntunan-tuntunan peraturan yang adala dalam pandangan hidup yang pilihnya itu berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula nilai bakti yang di berikannya.
M.T.L. Penido berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur yaitu[5]:
1. unsur dari dalam diri (endogenes origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi di sebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
2. unsur dari luar (exogenos origin) yaitu proses perubahan yang berasal dari luar atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan.
Kedua unsur tersebut kemudian memengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketanangan batin kepada orang yang bersangkutan.
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa proses konversi terjadi melalui 5 tahap[6] yaitu:
1.      Masa Tenang.
Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.    
2.      Masa Ketidaktenangan
Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan dosa yang di alami.
3.      Masa konversi.
Tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbul rasa pasrah.
4.      Masa Tenang dan Tentram.
Masa tenang dan tentram yang kedua ini berbeda dengan pada tahap sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu di alami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada tahap kedua ini ditimbulkan oleh kepuasaan terhadap keputusan yang sudah di ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.
5.      Masa Ekspressi konversi.
Sebagai ungkapan dan sikap menerima, terhadap konsep baru dan ajaran agama yang di yakininya tadi, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya di selaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang pilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.

PENUTUP
  A.     Kesimpulan
                      Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung               pengertian : bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk                 ke  dalam agama (menjadi paderi).
Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat di umpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama di bongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dan bangunan sebelumnya.
   B.     Saran
Demikianlah hasil penulisan makalah ini, kalau sekiranya ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami minta kritik dan saran yang membangun agar nantinya tidak terjadi kesalahan yang sama.















DAFTAR PUSTAKA
-          Jalaluddin, Psikologi  Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012
-          Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, 2013
-          Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi Agama, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2008




[1] Jalaluddin, Psikologi Agama,  ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012 ) h.379
[2] Ibid, 380
[3] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008) h.157
[4] Ibid, h.158
[5] Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 2013) h. 86
[6] Ibid, h.87

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 Blog Muhammad Saidi .