Konversi Agama
A. Pengertian
Konversi Agama
Pengertian Konversi Agama menurut
etimologi konversi berasal dari kata lain conversio yang berarti : tobat,
pindah, dan berubah ( agama). Selanjutnya, kata tersebut di pakai dalam kata
inggris Conversion yang mengandung pengertian : berubah dari suatu keadaan atau
dari suatu agama ke agama lain ( Change from one state, or from one religion,
to another ).
Berdasarkan arti kata-kata tersebut
dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian : bertobat,
berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam
agama (menjadi paderi).[1]
Pengertian konversi Agama menurut
terminologi, menurut pengertian ini akan dikemukakan beberapa pendapat tenteng
pengertian konversi agama antara lain :
a.
Max Heirich mengatakan
bahwa konversi agama adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekolompok
orang masuk atau berpindah dari suatu sistem kepercayaan atau prilaku yang
berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b.
William James
mengatakan, konversi agama adalah dengan kata-kata : to be converted, to be
regenerated, to receive grace, to experience religion, to gain an assurance,
are so many pharases whichdenotes to the
process, gradual or sudden, by which a self hither devide, and consciously
wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and
happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities.
Konversi agama banyak menyangkut masalah
kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu, konversi agama yang
di maksudkan uraian diatas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri :
1. Adanya
perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
2. Perubahan
yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi
secara berproses atau secara mendadak.
3. Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang
dianutnya sendiri.
4. Selain
faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, perubahan itupun di sebabkan faktor
petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[2]
B. Faktor
yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam
menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi. William James dalam bukunya
“The Varieties of religious Experience”
dan Max Heireich dalam bukunya “Change
of Heart” banyak menguraikan faktor yang
mendorong terjadinya konversi agama tersebut.
Dalam
buku tersebut diuraikannya pendapat dari para ahli yang terlibat dalam disiplin
ilmu masing-masing mereka mengemukakan pendapat bahwa konversi agama disebabkan
faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
Para
ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama
adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam
proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
Para
ahli Sosiologi berpendapat bahwa penyebab terjadinya konversi agama adalah
pengaruh social. Pengaruh social yang mendorong terjadinya konversi terdiri
dari adanya berbagai faktor antara lain[3] :
1.
Pengaruh hubungan antara pribadi, baik pergaulan
yang bersifat keagamaan maupun non agama ( kesenian, ilmu pengetahuan ataupun
bidang kebudayaan yang lain ).
2.
Pengaruh
kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok
untuk berubah kepercayaan jika di lakukan secara rutin hingga terbiasa,
misalnya : menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang
bersifat keagamaan, baik pada lembaga formal, ataupun non formal.
3.
Pengaruh anjuran
atau propaganda dari orang-orang yang dekat misalnya : karib, keluarga, family,
dan sebagainya.
4.
Pengaruh
pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin keagamaan merupakan
salah satu faktor pendorong konversi agama.
5.
Pengaruh
perkumpulan yang berdasarkan hobi. Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula
menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
6.
Pengaruh
kekuasaan pemimpin. Yang di maksud disini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin
berdasarkan kekuatan hukum. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang di
anut oleh kepala Negara atau raja mereka.
Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis
besar dapat di bagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang mendorong secara persuasif
dan pengaruh yang bersifat koersif.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa
pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan
oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila memengaruhi
seseorang atau kelompok menimbulkan semacam gejala tekanan batin, sehingga akan
mendorong untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi
jiwa demikian, secara psikologis, kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong
dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu
memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tentram.
William James yang berhasil meneliti
pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai
berikut :
a. Konversi
agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan
seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide
yang bersemi secara mantap.
b. Konversi
agama dapat terjadi karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu
proses).
Senada dengan itu, sumber bacaan lain
mengklasifikasikan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya konversi
agama, baik yang bersifat intern maupun ekstern sebagai berikut[4] :
a. Faktor
intern, yang ikut memengaruhi terjadinya konversi agama adalah :
1. Kepribadian
Secara psikologis, tipe kepribadian
tertentu akan memengaruhi kehidupan jiwa seseorag. W. James dalam penelitiannya
menemukan bahwa tipe melankolis yang memilki kerentanan perasaan yang lebih
mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
2. Faktor
pembawaan
Berkenaan dengan faktor pembawaan ini,
penelitian Guy E. Swanson mengungkapkan bahwa ada semacam kecenderungan urutan
kelahiran yang memengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya
tak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang di lahirkan pada urutun
antara keduanya sering mengalami stress jiwa. Kondisi yang di bawa berdasarkan
urutan kelahiran itu banyak memengaruhi terjadinya konversi agama.
b. Faktor
Ekstern (faktor luar diri)
Diantara
faktor luar yang memengaruhi terjadinya konversi agama adalah :
1. Faktor
keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian,
kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat, dan lainnya.
Kondisi demikian ,menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga sering
terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang
menimpa dirinya.
2. Lingkungan
tempat tinggal
Orang yang merasa terlempar dari
lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa
dirinya hidup sebatang kara. Keadaan demikian menyebabkan seseorang mendambakan
ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinnya
hilang.
3. Perubahan
Status
Perubahan status, terutama yang
berlangsung secara mendadak akan banyak memengaruhi terjadinya konversi agama,
misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan
pekerjaan, menikah dengan orang yang berlainan agama, dan sebagainya.
4. Kemiskinan
Kondisi social ekonomi yang sulit juga
merupakan faktor yang mendorong dan memengaruhi terjadinya konversi agama.
Masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan
kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang dan panganpun
dapat memengaruhi.
c. Para
ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama di pengaruhi oleh kondisi
pendidikan.
C. Proses
Konversi Agama
Konversi agama menyangkut perubahan
batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat di umpamakan
seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama di bongkar dan pada
tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dan bangunan
sebelumnya.
Demikian pula seseorang atau sekelompok
yang mengalami proses konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang
semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang di anutnya
(agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan pula
lama ditinggalkan sama sekali. Segala bentuk perasaan batin terhadap
kepercayaan lama, seperti harapan, rasa bahagia, keselamatan, kemantapan berubah
menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru, berupa perasaan serba
tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam
bentuk merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri rasa berdosa, cemas
terhadap masa depan, perasaan susah yang di timbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan
pertentangan dalam batin sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus
dicari jalan penyalurnya. Umumnya apabila gejala tersebut sudah di alami oleh
seseorang atau kelompok maka dirinya menjadi lemah dan pasrah ataupun timbul
semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri dari pertentangan batin
itu. Ketenagan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan
telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan hidup yang di pilih
tersebut merupakan petaruh bagi masa depannya sehingga ia merupakan pengangan
baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap
pandangan hidup itu maka ia bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada
tuntunan-tuntunan peraturan yang adala dalam pandangan hidup yang pilihnya itu
berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap
kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula nilai bakti yang di
berikannya.
M.T.L. Penido berpendapat bahwa konversi
agama mengandung dua unsur yaitu[5]:
1. unsur dari dalam diri (endogenes
origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau
kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk
mengadakan suatu transformasi di sebabkan oleh krisis yang terjadi dan
keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
2. unsur dari luar (exogenos origin)
yaitu proses perubahan yang berasal dari luar atau kelompok sehingga mampu
menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang
dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa
tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan.
Kedua unsur tersebut kemudian
memengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang
mampu memberikan ketanangan batin kepada orang yang bersangkutan.
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa proses
konversi terjadi melalui 5 tahap[6]
yaitu:
1. Masa
Tenang.
Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada
dalam keadaan tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
2. Masa
Ketidaktenangan
Tahap ini berlangsung jika masalah agama
telah mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah ataupun
perasaan dosa yang di alami.
3. Masa
konversi.
Tahap ketiga ini terjadi setelah konflik
batin mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa
kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun
timbul rasa pasrah.
4. Masa
Tenang dan Tentram.
Masa tenang dan tentram yang kedua ini
berbeda dengan pada tahap sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu di
alami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada
tahap kedua ini ditimbulkan oleh kepuasaan terhadap keputusan yang sudah di
ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap
sebagai pernyataan menerima konsep baru.
5. Masa
Ekspressi konversi.
Sebagai ungkapan dan sikap menerima,
terhadap konsep baru dan ajaran agama yang di yakininya tadi, maka tindak
tanduk dan sikap hidupnya di selaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang
pilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan
relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian : bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian : bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Para
ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi
agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan
dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
Konversi agama menyangkut perubahan
batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat di umpamakan
seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama di bongkar dan pada
tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dan bangunan
sebelumnya.
B. Saran
Demikianlah hasil penulisan makalah ini,
kalau sekiranya ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami
minta kritik dan saran yang membangun agar nantinya tidak terjadi kesalahan
yang sama.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2012
-
Ramayulis, Psikologi
Agama, Jakarta : Kalam Mulia, 2013
-
Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi Agama, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2008
0 komentar:
Posting Komentar