"Hawa Nafsu dalam Quran dan Hadits"
Diriwayatkan dari Imam
Al-Baqir bahwa Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman: “Demi
kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku
dan ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginannya
(nafsunya) di atas keinginan-Ku, melainkan Aku kacaukan urusannya, Aku kaburkan
dunianya dan Aku sibukkan hatinya dengan dunia serta tidak Aku berikan diinia
kecuali yang telah kutakar untuknya.
Demi kemulian-Ku,
kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku dan
ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginan-Ku di
atas keinginan (nafsu) dirinya melainkan Aku suruh malaikat untuk menjaganya,
langit dan bumi menjamin rezekinya dan menguntungkan setiap perdagangan yang
dilakukannya serta dunia akan datang dan selalu berpihak kepadanya”.[3]
Hadis qudsi cliatas amat
populer dan terdapat dalam beberapa kitab dari golongan Sunnah dan Syi’ah. Saya
juga meriwayatkan hadis tersebut melalui beberapa jalur. Sebagiannya darinya
saya anggap sahih. Saya mencoba menelaah hadis yang berharga ini pada tiga
bagian:
Pertama, seputar
definisi hawa nafsu (al-hawa), bagian-bagian aksidentalnya, metode terapi dan
“penjinaan”-nya. Bagian ini dianggap sebagai pengantar kajian hadis tersebut.
(Bagian ini kami bagi menjadi tiga bagian menjadi I. Hawa Nafsu clalam Al-Quran
dan Hadis, II. Tugas Akal dalam Mengendalikan Hawa Nafsu, III. Telaah Kritis
Bala Tentara Akal dan Kejahilan pen.)
Kedua, seputar orang
yang mengutamakan hawa nafsunya atas perintah Allah. (Bagian ini kami bagi
menjadi tiga bagian, menjadi : IV. Orang yang Mengutamakan Hawa Nafsunya, V.
Perbandingan Dunia dan Akhirat, VI. Telaah Anali-tik tentang Dunia dan Akhirat
pen.)
Ketiga, seputar orang
yang mengutamakan keinginan Allah atas keinginan dirinya. (Bagian ini menjadi
bagian ketujuh yaitu VII. Orang yang Mengutamakan Keinginan Allah.
Terminologi Hawa Nafsu dalam Alquran dan Sunnah
Hawa nafsu adalah
istilah keislaman yang digunakan dalam Alquran dan Sunnah. la menjadi istilah
dengan arti khas budaya keislaman. Sering kita menemukan kata hawa
Dan firman Allah swt:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)
Amirul Mukminm Ali as
dalam Nahjul Balaghahnya berkata: “Sesungguhnya yang paling aku kuatirkan pada
kalian adalah dua hal, yaitu taat hawa nafsu dan angan-angan panjang.”
Diriwayatkan melalui
Imam Shâdiq bahwa Rasulullah saw bersabda: “Waspadalah terhadap hawa uafsu
kalian sebagaimana kamu sekalian waspada terhadap musuh. Tiada yang lebih
pantang bagi manusia daripada mengikuti hawa, nafsu dan ketergelinciran lidah
yang tak bertulang.”[4]
Imam Shâdiq as juga
berkata: “Janganlah kalian biarkan jiwa bersanding bersama hawa nafsu. Karena,
hawa nafsu pasti (meinbawa) kehinaan bagi jiwamu.”[5]
Enam Sumber dalam Jiwa Manusia
Untuk mengenal posisi
hawa nafsu dalam jiwa dan perannya dalam kehidupan manusia, saya perlu
menegaskan bahwa Allah swt telah memasang beberapa sumber gerak dan kesadaran
manusia. Semua gerak -aktif ataupun reaktif- dan kesadaran manusia bermuara
dari sumber-sumber ini. Tercatat ada enam sumber penting, yang terutamanya
adalah hawa nafsu, sebagai berikut.
1. Fithrah, yang telah
dilengkapi Allah dengan kecenderungan. hasrat dan gaya tarik menuju dan
mengenal-Nya dan meraih keutamaan-keutamaan akhlak, seperti kesetiaan, ‘iffah
(harga diri), belas kasih dan murah hati.
2. ‘Aql, adalah titik
pembeda manusia.
3.
Irâdah, adalah pusat keputusan dan yang menjamin kebebasan manusia (dalam
mengambil keputusan) dan kemerdekaannya.
4.
Dhamir, yang berfungsi sebagai mahkamah dalam jiwa. la
bertugas mengadili, mengecam dan melakukan
penekanan terhadap manusia demi menyeimbangkan prilakunya.
5.
Qalb, fuad dan shadr, merupakan jendela lain bagi kesadaran dan
pengetahuan, sebagaimana kita pahami melalui ayat-ayat Alquran,
yang dapat menerima atau menampung pencerahan Ilahi.
6.
Al-hawa, adalah kumpulan berbagai nafsu dan keinginan dalam jiwa manvisia yang
menuntut pemenuhan secara intensif. Bila tuntutannya terpenuhi, iadapat memberi
manusia kenikmatan tersendiri.
Inilah keenam sumber
penting bagi gerak dan kesadaran jiwa manusia yang telah diberikan oleh Allah.
Dalam kesempatan ini,
rasanya tidak tepat jika saya membahas sumber-sumber tersebut atau membentuk
gambaran dan simpulan ilmiah melalui nash-nash keislaman. Karena, bidang
psikologi keislaman ini memerlukan kajian, observasi dan penalaran yang
mendalam. Semoga Allah memudahkan bagi mereka yang menelitinya melalui
teks-teks keislaman. Bidang ini tergolong
subur dan “perawan” (tak tergarap). Kesuburan dan “keperawanan” salah satu dari
lahan-lahan budaya keislaman ini mestinya merangsang para ilmuwan dan peneliti
untuk menggarapnya.
Tugas saya dalam kajian
kali mi, hanya terbatas pada masalah definisi serta peran hawa nafsu dalam
kehidupan manusia. Di samping itu. saya akan membahas keistimewaan, dampak,
tujuan dan sarana-sarana pengekangannya serta beberapa masalah lain yang
berkaitan.
Bersamaan dengan itu,
dalam mengkaji hawa nafsu saya akan beberkan hadis-hadis yang berhubungan
dengan “sumber-sumber” lain jiwa yang ikut andil dalam pergerakan dan kesadaran
manusia. Penggunaan istilah hawa nafsu dalam kebudayaan Islami mangacu pada
gabungan beberapa naluri yang bersemayam dalam jiwa, sedangkan manusia sebagai
penyandangnya selalu dituntut agar memenuhi hasratnya. Berbagai naluri syahwati
itu membentuk bagian terpenting dan berperan luar biasa dalam kepribadian
manusia. la adalah faktoi- utama dalam menggerakkan dan mengatur diri manusia.
Bahkan sebagai kunci yang paling efektif untuk mengatur aksi dan reaksinya.

0 komentar:
Posting Komentar